Followers

Thursday, January 21, 2010

Di Sebalik Tawakkal...

TAWAKKAL

إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (١٢٢)

(ingatlah) ketika dua puak dari kamu (pada hari peperangan Uhud itu) terasa lemah semangat (untuk meneruskan perjuangan) kerana takut, padahal Allah Penolong dan Pelindung mereka; dan (jika sudah demikian) kepada Allah sahajalah hendaknya orang-orang yang beriman itu bertawakal. Surah Ali-Imran – Ayat 122

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)

Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. dan (ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu. Surah At-Talaq - 3

عن عمر بن الخطاب قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لو أنكم كنتم توكلون على الله حق توكله لرزقتم كما يرزق الطير تغدو خماصا وتروح بطانا

قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح لا نعرفه إلا من هذا الوجه و أبو تميم الجيشاني اسمه عبد الله بن مالك .قال الشيخ الألباني : صحيح

Rsulullah SAW bersabda : “Jika kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal maka Allah akan memberikan rezki kepadamu sebagaimana Allah memberikan rezki kepada burung, pagi-pagi keluar sarang dalam keadaan lapar, dan petang hari pulang ke kandang dalam keadaan kenyang. Riwayat At Tirmidziy.

TA’RIF

Menurut Bahasa Arab, kata “Tawakkal” berasal dari kata wakalah, yang berarti mewakilkan urusan kepada pihak lain. Pihak yang mendapatkan pelimpahan disebut WAKIL dan yang melimpahkan disebut MUTTAKIL atau MUTAWAKKIL.

Kemudian kata tawakkal difokuskan pada pengertian:” Kepercayaan hati kepada wakil satu-satunya”

Pihak yang dianggap sebagai wakil ini harus memenuhi empat hal:

  1. diyakini yang paling benar (muntahal-hidayah)
  2. diyakini yang paling kuat (muntahal-quwwah)
  3. diaykini yang paling lancar ( muntahal-fashahah)
  4. diyakini yang paling perhatian dan kasih sayang (muntahas-syafaqah)

TINGKATAN

Dalam bertawakkal terdapat tiga tingkatan ketergantungan, yaitu :

  1. Ketergantungan seseorang kepada Allah atas pengharapan agar mendapat perlindungan dan dapat membantu ketika kebutuan, sebagaimana keterikatan seorang pekerja kepada pengurusnya.

  1. Ketergantungan seseorang kepada Allah bagaikan ketergantungan seorang bayi terhadap ibunya. Ia tidak mengenal orang lain selain ibunya, tidak merengek dan meminta susu kecuali kepada ibunya, ia tidak berserah diri kecuali kepadanya.

  1. Ketergantungan seseorang kepada Allah bagaikan ketergantungan seorang mayat/jenazah terhadap orang yang memandikannya. Si mayat tidak menghalang dan hanya pasrah pada setiap apa yang akan dilakukan oleh pemandinya.

AMAL

Orang yang bertawakkal bukan bererti orang yang tidak berusaha sama sekali. Sikap tawakkal akan mempengaruhinya dalam empat sikap berikut ini :

  1. Jalbun- naf’I al mafquud (menarik keuntungan yang hilang), seperti berusaha, berdagang.

  1. Hifdhu maujuud (Menjaga yang sudah ada), seperti menyimpan dan menabung.

  1. Daf’ud-dharar lam yazal (menghindari bahaya yang belum tiba), seperti tidak memakan makanan berkolestrol tinggi, mempersiapkan senjata.

  1. Izalatud-dharar qad nazal (menghilangkan bahaya yang sudah menimpa), seperti berubat sewaktu sakit.

2 comments:

Anonymous said...

perkongsian yang bermakna..tp perlu disampaikan dengan bersahaja...syukrn ats perkongsian...
kadang2 kita kata kita dah tawakkal sedangkan kita sendiri belum mengerti hakikat tawakkal kpdNya...

BERJALAN MENCARI SINAR ILAHI said...

Syukran......atas pandangan.