Melalaikan Amanah: Jalan Menuju Kegagalan Dan Kehancuran
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٧
Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati (amanah) Allah dan RasulNya, dan (janganlah) kamu mengkhianati amanah-amanah kamu, sedang kamu mengetahui (salahnya). Surah Al-Anfal – Ayat 27
Ayat di atas mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan berkhianat. Bahwa di antara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana dia mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang munafik adalah khianat dan melalaikan amanahnya.
Amanah, dari satu sisi dapat difahami dengan tugas, dan dari sisi lain diertikan kredibilitas dalam menunaikan tugas. Sehingga amanah sering dihubungkan dengan kekuatan. Firman Allah,
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأمِينُ (٢٦
Salah seorang di antara perempuan yang berdua itu berkata: "Wahai ayah, ambilah Dia memjadi orang upahan (mengembala kambing kita), Sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah". Surah Al-Qhashash - Ayat 26
Oleh karena itu wahai ikhwah dan akhawat,
kuatkanlah keimanan dan ruhiyah kalian, Kuatkanlah ilmu dan tsaqafah kalian, dan segala sarana yang dapat digunakan untuk memikul amanah. Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan segala bentuk kekuatan.
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ (٦٠
Dan sediakanlah untuk menentang mereka (musuh yang menceroboh) segala jenis kekuatan yang dapat kamu sediakan dan dari pasukan-pasukan berkuda yang lengkap sedia, untuk menggerunkan dengan persediaan itu musuh Allah dan musuh kamu serta musuh-musuh yang lain dari mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. dan apa sahaja yang kamu belanjakan pada jalan Allah akan disempurnakan balasannya kepada kamu, dan kamu tidak akan dianiaya. Surah Al-Anfal – Atat 60
Ikhwah dan akhawat filLah!
Hidup ini tidak lain adalah sebuah safar atau perjalanan panjang dalam melaksanakan amanah dari Allah. Sabda Nabi saw:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : أخذ رسول الله صلى الله عليه و سلم بمنكبي فقال : كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Jadilah kamu sepertimana kamu seorang dagang atau seorang yang berhenti seketika di perjalanan”. Riwayat Bukhari
Dalam hidupnya manusia dibatasi oleh empat dimensi, bumi tempat beramal, waktu atau umur sebagai sebuah kesempatan beramal, nilai Islam yang menjadi landasan amal dan potensi diri sebagai modal beramal. Maka orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah pencapaian yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sedar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak akan disia-siakannya untuk hal-hal yang remeh-temeh, apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.
Amanah pertama yang harus dilakukan adalah Amanah Fitrah manusia,dimana makhluk lain enggan dan menolak menerimanya. Ia adalah amanah hidayah, makrifah dan iman kepada Allah atas dasar niat, kemahuan, usaha dan orientasi.
Amanah berikutnya adalah Amanah Syahadah (Kesaksian). Pertama, berupa kesaksian diri agar menjadi cermin bagi agamanya. Kedua, berupa kesaksian dakwah agar menyampaikan agama kepada manusia.
Ketiga, berupa kesaksian agar menerapkan manhaj dan syariah Islam di bumi Allah. Berkata Imam Ash-Syahid Hasan Al-Banna:
“Wahai Muslimun! Ibadah kalian kepada Rabb kalian, jihad di jalan pengokohan agama kalian dan kemuliaan Syariat kalian adalah tugas kalian dalam hidup. Jika kalian melaksanakannya dengan benar, maka kalianlah orang yang berjaya. Jika kalian melaksanakannya hanya sebagian atau melalaikan semuanya, maka ingatlah firman Allah Taala,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ (١١٥
"Maka Adakah patut kamu menyangka Bahawa Kami hanya menciptakan kamu (dari tiada kepada ada) sahaja Dengan tiada sebarang hikmat pada ciptaan itu? dan kamu (menyangka pula) tidak akan dikembalikan kepada kami?" Surah Almu’minuun – Ayat 115”
Dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Pertanyaan akan ditujukan atas amanah yang dibebankan kepada kita. Barang siapa yang menunaikan amanah atau mengabaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat dan dibalas oleh Allah. Manusia tidak akan dapat lari dari tanggungjawab itu. Kerana tempat yang didiami adalah bumi Allah, umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah, potensi yang ada adalah anugerah Allah dan nilai Islam adalah kayu pengukur dari pelaksanaan amanah tersebut.
Kemudian mereka akan datang menghadap Allah. Oleh karena itu sekecil apapun amanah yang dilaksanakan akan memiliki tampak positif berupa kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki tampak negatif berupa keburukan. Kesan itu bukan hanya mengenai dirinya semata-mata, tetapi juga mengenai umat manusia secara umum.
Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan cara yang halal dan baik akan memberikan impak positif berupa ketenangan jiwa dan kebahagiaan bagi keluarganya. Apalagi bila dia mampu memberi sedekah dan infak kepada yang memerlukannya. Sebaliknya seorang yang menganggur dan malas akan menimbulkan tampak negatif berupa keburukan, terlantarnya keluarga,dan beban bagi orang lain.
Kesalahan kecil dalam menunaikan amanah seringkali menimbulkan bahaya yang besar. Bukankah terjadinya kecelakaan , Bahaya yang lebih serius lagi adalah jika amanah dakwah tidak dilaksanakan sehingga kemaksiatan merebak, kematian hati, kerusakan moral dan keruntuhan sosial serta kepemimpinan di pegang oleh orang yang bodoh dan zalim.
Ikhwan dan akhwat filLah!
Perjalanan dakwah telah menorehkan pengalaman yang besar kepada kita. kerana kesalahan dalam melaksanakan amanah yang akhirnya mengakibatkan kerugian dan musibah. Pada saat perang Uhud, Rasulullah saw. memerintahkan satu pasukan pemanah untuk tetap berjaga di bukit Uhud dan tidak meninggalkan kawasan tersebut. Tetapi, ketika tentara Islam dibawah sudah di ambang kemenangan, dan sebagian yang lain bersorak sambil memungut rampasan perang, maka pasukan pemanah pun tergoda dan sanggup meninggalkan amanah kerana harta. Akhirnya pasukan kafir berhasil memukul mundur pasukan umat Islam, dan rampasan perang hilang dari tangan mereka. Lebih tragis dari itu adalah darah segar mengalir dari muka Rasulullah saw, akibat amanah yang dilalaikan.
Harta, wanita dan kekuasaan memang merupakan alat yang paling ampuh digunakan syaitan untuk menggoda orang beriman agar melalaikan amanah. Allah swt Berpesan:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا (٤٦
Harta benda dan anak pinak itu, ialah perhiasan hidup di dunia; dan amal-amal soleh yang kekal faedahnya itu lebih baik pada sisi Tuhanmu sebagai pahala balasan, dan lebih baik sebagai asas Yang memberi harapan. Surah Al-Kahfi – Ayat 46
Ada sebagian da’ie yang ketika tidak memiliki sarana harta yang cukup dan tidak ada kekuasaan yang disandangnya, da’ie tersebut begitu istiqamah menjalankan amanah dakwah. Tetapi setelah dakwah menghasilkan harta dan kekuasaan, amanah dakwah itu ditinggalkan atau bahkan berhenti dari jalan dakwah dan futur dalam barisan jamaah dakwah.
Oleh karena itu waspadalah terhadap harta, wanita dan kekuasaan! Itu semua hanya sarana untuk melaksanakan amanah dan jangan sampai menimbulkan fitnah yang berakibat pada melalaikan amanah. Di balik menunaikan amanah, terkadang ada bunga-bunga yang mengiringinya, harta yang menggiurkan, wanita yang menggoda. Sehingga orang yang beriman harus senantiasa menguatkan taqarrub illalLah dan istianah bilLah.
Amanah adalah perintah dari Allah yang harus ditunaikan dengan benar dan disampaikan kepada ahlinya. Allah swt Berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (٥٨
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan (suruhanNya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Melihat. Surah An-Nisa’ – Ayat 58
Amanah yang paling tinggi adalah amanah untuk berbuat adil dalam menetapkan hukum pada kepemimpinan umat. Pahala yang paling tinggi adalah pahala dalam melaksanakan keadilan sebagai pemimpin umat. Sabda Nabi saw:
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنِى خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ……
“Tujuh golongan yang mereka ini akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tidak ada perlindungan melainkan perlindungan-Nya: Pemimpin yang adil.........” Riwayat Bukhari dan Muslim
Begitulah sebaliknya, bahaya yang paling tinggi adalah bahaya melakukan kezaliman pada saat memimpin umat. Kezaliman pemimpin akan menimbulkan kehancuran dan kerusakan total dalam sebuah bangsa. Maka kezaliman pemimpin merupakan sikap mensia-siakan amanah yang paling tinggi.
Dengan demikian orang-orang yang beriman harus benar-benar melaksanakan amanah kepemimpinan umat dan tidak memberikannya kepada orang-orang yang bukan ahlinya. Orang beriman adalah sebaik-baik ummah yang harus melaksanakan amanah umat. Dan ketika amanah kepemimpinan dipegang oleh orang yang bukan ahlinya, maka umat Islam harus bersatu untuk menaikkan kepimpinan Islam dan amar ma'aruf nahi munkar. Rasulullah saw. bersabda:
عن أبي أمامة : أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه و سلم عند الجمرة الأولى أي الجهاد أفضل فأعرض عنه ثم سأله عند الجمرة الوسطى فأعرض عنه ثم سأله عند العقبة فوضع رجله في الغرز ثم قال أي الجهاد أفضل يا رسول الله ؟ قال أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر
“Seutama- utamanya jihad adalah kalimat yang benar kepada penguasa yang zalim”
Riwayat Ibnu Majah, Ahmad, At-Thabrani, Al-Baihaqi dan An-Nasai.
Ikhwan dan akhwat filLah!
Hidup adalah pilihan. Dan pilihan melaksanakan amanah adalah tanggungjawab sebagai manusia, tanggungjawab sebagai muslim dan tanggungjawab sebagai da’ie. Oleh kerananya sandaran yang paling baik adalah Allah, teman yang paling baik adalah orang-orang yang soleh dan kelompok yang paling baik adalah jamaah Islam. Maka kuatkan hubungan dengan Allah dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, niscaya kita akan berjaya melaksanakan amanah itu, sebesar apapun. Marilah kita melaksanakan amanah yang diberikan Allah kepada kita dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Marilah kita melaksanakan amanah yang dibebankan jamaah kepada kita dengan penuh kesabaran dan berlapang dada. Marilah kita melaksanakan amanah umat dengan penuh keseriusan dan tanggungjawab. Dan semuanya akan disoal, siapkah kita? Jika tidak, maka akan terjadi kehancuran.
Dan ingatlah setiap apa yang dinyayikan oleh manusia durjana merupakan suatu seruan agama kepada pembelanya untuk bangun menyelamatkan maruah suci Agama Islam.